Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Theme From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 10 Oktober 2012

pengertian sastra



Menurut saya, sastra adalah perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Tulisan adalah media pemikiran yang tercurah melalui bahasa, bahasa yang bisa direpresentasikan dalam bentuk tulisan, media lain bisa saja berbentuk gambar, melody musik, lukisan ataupun karya lingkungan binaan (arsitektur).

Sastra menjadi bagian dari budaya masyarakat. Sastra yang memuat materi yang tinggi dipelihara secara turun-temurun oleh para pujangga, banyak yang secara lisan karena media tulisan sangat terbatas, hanya daun lontar.

Ada tudingan kepada guru-guru sekolah atau kurikulum pendidikan formal yang mengakibatkan keterasingan sastra dalam kehidupan bermasyarakat, seperti tendensi bahwa sebuah karya sastra adalah harus indah, menawan, cantik dsb. Kenyataannya guru-guru pengajar tidak lebih dari makelar atau mak comblang yang menawarkan produk-produk sastra kepada muridnya dengan gaji yang rendah, hingga kini. Berapa banyak yang kita (media/masyarakat) anggap sebagai sastrawan tapi bukanlah guru bahasa atau lulusan pendidikan bahasa sebuah sekolah tinggi?

Salah satu upaya keterasingan sastra dalam kaitannya dengan budaya masyarakat adalah Universitas Indonesia mengganti Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya.
Jadi apa definisi sastra itu?

Dalam bahasa Inggris kita mengenal kata literature, diserap menjadi literatur ke dalam bahasa Indonesia. Arti literature (menurut kamus online WorldNet) adalah:
1: creative writing of recognized artistic value
2: the humanistic study of a body of literature; “he took a course in French literature”
3: published writings in a particular style on a particular subject; “the technical literature”; “one aspect of Waterloo has not yet been treated in the literature”
4: the profession or art of a writer; “her place in literature is secure”

Apakah sastra memiliki definisi yang sama dengan literature?
Jika melihat perbandingan arti dua kamus di atas terdapat perbedaan bahwa arti literatur dalam bahasa Inggris memiliki arti yang lebih lebar dibandingkan arti sastra dalam bahasa Indonesia.

Sebuah pepatah mengatakan “Bahasa menunjukkan bangsa”, pepatah ini benar sebagai eksistensi sebuah bangsa di dunia. Siapa lagi yang harus berbahasa Indonesia selain kita sendiri supaya tidak kehilangan identitas diri?

Bahasa, selain dipertahankan sebagai warisan budaya pula harus dikembangkan, salah satu yang penting adalah kosakata baru. Sebenarnya kosakata baru yang murni diciptakan oleh orang Indonesia itu ada, seperti contohnya adalah pindai (scan), tikalas (subscript), tikatas (superscript). Tapi siapa yang menggunakan? Apakah publikasi lembaga bahasa kurang? atau justru lembaga bahasa tidak mempublikasikan apa-apa?

Selain mencari kombinasi dari 26 karakter latin sebagai kosakata baru, bahasa Indonesia memiliki metoda tersendiri untuk membentuk inovasi kosakata yaitu dengan sisipan ataupun imbuhan. Contoh yang paling umum adalah kinerja (performance) yang berasal dari kerja atau sinambung (continuous) dari kata sambung. Mengapa tidak kita ciptakan misalnya tinembak, pinanjang, pinendek, sinempit atau linuas?

0 komentar:

Posting Komentar

 
D