Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Theme From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 22 Desember 2013

Arti seorang ibu

                Pada 18 september 20 tahun yang lalu aku lahir dari rahim seorang wanita yang aku sebut “ibu”. Ibu adalah satu-satunya orang yang pertama kali akan memarahiku ketika aku berbuat salah, namun juga satu-satunya orang yang pertamakali akan memaafkanku ketika aku salah, itulah ibuku.                                 
                “Subaidah” adalah nama ibuku yang Tuhan berikan kepadaku untuk menjadi sosok wanita yang paling mengasihiku. Dia lahir pada bulan Syawal dan meutup usia pada bulan Syawal pula. Dia menghabiskan waktu bugarnya hanya untuk menafkahi dan mengayomiku. Aku akan menjadi anak yang berbakti dan menjunjung tinggi nilai moralitas keislaman, mungkin adalah harapan yang menjadi doa-doanya yang ia lantunkan tatkala ia tak disibukkan dengan kegiatan-kegiatan mencari sesuap nasi untukku anaknya.
                Nama “Subaidah” menjadi nama yang sekarang tertulis di batu nisan berukurang 30x60 cm. Mengenang adalah sesuatu yang bisa aku lakukan sekarang ini ketika aku merindukannya. Rasa sedih karena kehilangannya seringkali menjadi moment yang paling aku takuti. Namun sebagai anak yang telah dibesarkannya aku hanya dapat mengubah rasa sedih itu menjadi doa agar selalu yang terbaik yang Tuhan berikan untuk dirinya. Tidak banyak yang bisa aku lakukan sekarang, namun aku yakin itu adalah sesuatu yang dia harapkan dari anak-anak yang dia besarkan dengan jerih payah dan kasih sayang yang sungguh-sungguh tanpa menuntut harga ataupun hadiah.
                “ Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia ”. Itulah lirik lagu ciptaan SM. Muchtar yang menurutku benar-benar realita. Oleh sebab itu aku berharap untuk teman-teman yang membaca tulisanku ini untuk tetap menghormati ibu kita apapun itu permasalahannya. Tidak ada namanya “ bekas anak” ataupun “bekas orang tua”, kita tidak akan pernah berhenti menjadi anak sampai kapanpun. Aku sempat berbincang-bincang dengan salah satu temanku yang bernama Wahyu Ira, kita berbincang-bincang via SMS dengan topik “ Kapan kita akan berhenti menjadi anak  ?“, dan dia berpendapat bahwa predikat “ anak” tidak akan pernah pupus meski dengan alasan apapun. Malah status “anak” itu akan bertambah dengan status baru yakni status “orang tua” tanpa menghapus status “anak” itu sendiri. Dan itu aku sangat setuju sekali.
                Jangan pernah kalian beranggapan akan bisa membayar tetes demi tetes keringat seorang ibu dengan uang atau harta yang melimpah. Kalian menjual dunia dan seluruh isinya tidak akan pernah bisa menggantikan segala jerih payah ibu kita.

                Untuk teman-teman yang masih mempunyai ibu untuk sekedar meminta solusi dari setiap masalah-masalah kalian, sudahkah kalian membahagiakannya? Sudahkah kalian membuat Dia tersenyum bangga akan prestasi kalian?.

2 komentar:

Berrianam mengatakan...

2 jempol

Maz zienhs mengatakan...

sangat terharu aku membacanya

Posting Komentar

 
D