Malam tahun baru kali ini
bertepatan dengan rabu terakhir (arba’ mustamir) pada bulan
syafar. Pada hari tersebut menurut ajaran islam Allah menurunkan
beribu-ribu malapetaka. Seperti yang orang Madura percayai bahwa bulan Syafar adalah salah satu bulan dalam penanggalan Islam yang di
dalamnya penuh dengan cobaan dan bencana. Namun dibulan itu juga, dikenal
tradisi-tradisi yang dipercaya dan sampai sekarang masih tetap ada dengan tujuan untuk menolak bala. Diantara tradisi itu
mungkin tradisi meminum air “Race’en” dan makan bubur “syafar”
sebagai tradisi yang masih rutin setiap tahun dilaksanakan.
Air race’en adalah air yang
diminum ketika memasuki hari rabu wakasan, hari dimana pada saat itu
turun banyak bencana. Air race’en adalah air yang sudah diberi doa,
doa itu ditulis di piring ataupun mangkok dan ditulis menggunanakan
tinta misik.
Sedangkan bubur syafar adalah bubur
yang juga dipercaya sebagai penolak bala oleh masyarakat madura pada
khususnya. Bubur ini dibuat dengan tepung beras yang dimasak dengan
dua macam warna, putih dan merah. Warna putih dihasilkan dari warna
alami tepung beras, sedangkan warna merah dihasilkan dari warna gula
merah yang dimasak dengan tepung beras dan sedikit dibentuk
bulat-bulat. Penyajian bubur ini biasanya disajikan dengan meletakkan
bubur berwarna putih dibagian bawah dan bubur dengan warna merah dibagian
atas.
Kedua taradisi
itu merupakan tradisi diantara banyak tradisi yang harus kita tetap
lestarikan kelangsungannya, agar anak cucu kita kelak tidak hanya
berhadapan dengan perkembangan teknologi yang berkembang pesat, melainkan juga perkembangan metode pelestarian tradisi dan
budaya yang pesat pula.
0 komentar:
Posting Komentar