MENJAJAL
SALAH SATU PENINGGALAN KOLONIAL DI UJUNG BARAT PULAU MADURA
Bangkalan, 30
november 2014.
Diawali oleh kegiatan belajar bersama yang
dilaksanakan Komunitas Studi Linux Pamekasan bersama Komunitas
Blogger Plat-M di Kabupaten Bangkalan kemarin. Tercetuslah sebuah
keinginan untuk menjajal salah satu peninggalan Belanda yang ada di Kabupaten Bangkalan. Wacana tersebut muncul pas selesainya acara, kami
merasa kebingungan mencari destinasi wisata yang ada di Bangkalan.
Maka dari itu saya menanyakan ke salah satu teman yang asli Bangkalan
yakni Mas Isnain. Di rekomendasikanlah olehnya mercusuar yang ada
di ujung Kabupaten Bangkalan, mercusuar Z.M.WILLEM.III namanya.
Tak mau
buanag-buang waktu, kami langsung bergegas karena waktu menunjukkan
sudah memasuki waktu Shalat Dzuhur. Jadi kami sepakati bahwa kami
akan shalat dan makan siang sekaligus ziarah terlebih dahulu di makam
Syaikhona Kholil, yang kebetulan searah dengan tujuan kami yakni
mercusuar Z.M.WILLEM . III.
Setelah selesai
istirahat, Shalat, dan Ziarah, waktu menunjukkan jam 13.00, maka kami
langsung lanjutkan perjalanan karena kami harus balik ke Pamekasan
pada hari itu juga. Kami menuju mercusuar Z.M.WILLEM.III dengan
bantuan teknologi pemetaan besutan GOOGLE, yakni GOOGLE MAPS. Ya,
sebab tak seorangpun dari kami yang tau dimana mercusuar
Z.M.WILLEM.III itu berada. Kurang lebih 30 menit perjalanan dari
Wisata Religi Makam Syaikhona Kholil, sampailah kami di Desa Ujung Piring,
nama Desa dimana mercusuar Z.M.WILLEM.III itu berada.
Mercusuar Z.M.Willem.III konon merupakan salah satu peninggalan Kolonial Belanda yang ada di Kabupaten Bangkalan, tercatat semenjak tahun 1878. Bangunan ini berdiri menjualang dengan 17 lantai, kira-kira tingginya 90 meter, dengan keseluruhan bangunan terbuat dari besi, mulai dari tangga, jendela, sampai dinding-dinding terbuat dari besi. Dari ujung mercusuar kita dapat melihat dengan leluasa lalu-lalang kapal-kapal dagang besar, dan indahnya matahari sore di Selat Madura. Mercusuar Z.M.Willem ini berada di Kabupaten Bangkalan tepatnya 7 KM ke arah selatan dari pusat Kabupaten, tepatnya di Desa Ujung Piring, Kecamatan Bangkalan. Terus terang banyak hal yang masih saya belum ketahui tentang bangunan peninggalan Belanda ini, sebab di lokasi itu masih minim media informasi yang dapat di akses oleh pengunjung, padahal banyak pengujung yang ingin mengetahui lebih banyak cerita, dan filosofi tentang mercusuar peninggalan kolonial ini.
Yang tak kalah serunya, ada satu kisah kemarin yang membuat saya malu
terhadap diri saya sendiri. Pada waktu itu setelah saya turun dari
mercusuar karena sudah tidak kuat, maklum saya takut akan ketinggian.
Pada pas itu saya ketemu dengan ibu-ibu yang dengan tiba-tiba
bertanya kepada saya “ dari mana dek ?“ saya jawab saja meski
saya sedikit kaget “dari pamekasan bu”, lantas ibu-ibu tadi hanya
menjawab “ ohh”. saya tanya balik ibutadi “ ibu sendiri dari
mana? “ ibu itu menjawab “saya dari surabaya dek , saya sudah
ketujuh kalinya kesini” setelah itu ibu tadi langsung beranjak
pergi. Mendengar jawaban ibu tadi saya terkejut dan muncul rasa malu
di hati saya. Saya orang madura tapi saya baru pertamakalinya datang
kesini. Kata-kata ibu tadi menjadi motivasi bagi saya agar saya
lebih mencintai dan menghargai wisata-wisata yang ada di Madura.
Cerita diatas semoga dapat menginspirasi dan menyadarkan kembali para pembaca, bahwa madura itu kaya, Kaya akan Budaya, Filosofi, Wisata, Dll.
0 komentar:
Posting Komentar